Grace and Truth

This website is under construction !

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- 08. Good News -- 14 How can God be triune?
This page in: -- Chinese -- English -- French -- German? -- INDONESIAN -- Tamil -- Turkish

Previous lesson -- Next lesson

08. KABAR BAIK UNTUK ORANG-ORANG MUSLIM
TRITUNGGAL 1 - 5 : Menjawab tuduhan orang-orang Muslim bahwa Allah bukanlah Bapa, Anak dan Roh Kudus

14 - BAGAIMANA MUNGKIN ALLAH ITU TRITUNGGAL?



TANTANGAN: Orang-orang Muslim memiliki masalah yang besar dengan Tritunggal, karena percaya kepada Allah sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus bertentangan dengan pengajaran Al-Quran, dan juga karena iman yang demikian bertentangan dengan apa yang menurut mereka masuk akal secara rohani. Lebih lagi, banyak para ahli sekuler yang menerima “pencerahan” juga menolak pemahaman Allah sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Mereka bertanya, sama dengan pertanyaan orang-orang Muslim: Mengapa saya harus menerima Allah yang Tritunggal? Dan bagaimana mungkin Allah adalah tiga tetapi juga satu?

JAWABAN: Banyak orang percaya bahwa Allah di dalam Alkitab dan Allah di dalam Al-Quran itu satu dan sama. Bukan hanya orang-orang Muslim yang menegaskan hal itu atas dasar Al-Quran (“Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu.” Sura al-'Ankabut 29:46), tetapi juga orang-orang lain, yang sudah terpengaruh oleh humanisme dan Pencerahan, mengatakan bahwa Allah di dalam Alkitab dan Allah di dalam Al-Quran itu, pada dasarnya adalah sama. Apakah memang sama? Apa yang terlewatkan sehingga ada orang-orang yang mengatakan demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, sangat penting untuk melihat adanya perbedaan perbedaan di antara Injil dan Al-Quran dan kemudian mengajukan pertanyaan: Apa yang menjadi akar rohani bagi semua perbedaan itu? Kita akan melihat hal ini dengan menyelidiki tiga sifat Allah yang ditunjukkan di dalam Injil. Anda akan melihat bahwa sifat-sifat inilah yang memungkinkan Allah itu sebagai Tritunggal:

1. Kasih kepada musuh. Suatu kenyataan kalau dikayakan bahwa Muhammad adalah seorang pemimpin peperangan yang bertujuan menghancurkan musuh-musuhnya. Ia mengajak para pengikutnya untuk membunuh musuh-musuhnya. --Suatu kenyataan juga Kristus tidak mengadakan peperangan dan juga tidak pernah menjadi penyebab seseorang terbunuh. Bahkan, di dalam Khotbah di Bukit, ia memerintahkan, “Kasihilah musuhmu dan berkatilah mereka yang mengutuk kamu ...” (Matius 5:44). Mengapa Muhammad dan Kristus begitu berbeda dalam pola perilaku mereka?

Untuk bisa memahami perbedaan ini, kita perlu mengenali kontras rohani yang sangat menonjol ini: Allah di dalam Kristus mengasihi musuh-musuh-Nya. Allah Muhammad membenci musuh-musuhnya.

Untuk setiap pernyataan yang bertentangan, kita akan mengutip dari sebuah referensi: Tentang Allah di dalam Kristus, Rasul Paulus menuliskan: “…kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya,... …” (Romans 5:10) Allah memperdamaikan diri-Nya dengan manusia melalui kematian Anak-Nya di kayu salib, dan itu terjadi ketika kita masih seteru! Pendamaian yang demikian hanya bisa terjadi karena Allah mengasihi musuh-musuh-Nya. Kalau Kristus memerintahkan agar kita mengasihi musuh kita, artinya Ia menghendaki agar kita menjadi peniru Allah. –Tentang Muhammad, kita membaca demikiian, “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, ... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (Surat al-Baqara 2:98) Kalau Allah di dalam Al-Quran memerintahkan orang-orang Muslim untuk berperang melawan musuh mereka, maka ini menunjukkan bahwa mereka tidak boleh mengasihi musuh mereka. Mereka harus melakukan demikian karena Allah sendiri keras melawan musu-musuhnya dan tidak mengasihi mereka. Ketika orang-orang Muslim berperang melawan musuh mereka, mereka menjadi peniru Allah mereka.

2. Rendah hati. Adalah suatu kenyataan bahwa Al-Quran menolak penyaliban Kristus. Dalam surat An-Nisa 4:157 kita membaca tentang Kristus: “...mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka ...” Injil, dengan jelas menyatakan: Kristus memang mati di kayu salib. Bahkan kekuatan-kekuatan yang melawan Kekristenan, seperti Atheisme atau Yudaisme, menerima bahwa Kristus memang disalibkan dan mati. Mengapa Al-Quran dan Injil begitu berbeda dalam hal ini? Untuk bisa memahami perbedaan ini, kita perlu memahami perbedaan rohani yang mendasar: Allah di dalam Kristus adalah rendah hati. Allah-nya Muhammad itu sombong.

Untuk setiap pernyataan yang berlawanan ini saya mengutip lagi beberepa referensi: Yesus mengatakan di dalam Injil, “...Aku lemah lembut dan rendah hati...” (Matius 11:28), dan “...Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9). Ini berarti bahwa Bapa juga rendah hati. Tanpa kerendahan hato maka Anak Allah tidak akan menjadi manusia, dan Ia juga tidak akan mau naik ke kayu salib bagi kita. Ketika kita menjadi rendah hati, kita menjadi seperti Allah di dalam Kristus. – Tentang Allah-nya Muhammad, kita bisa melihat, “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan/Sombong (al-mutakabir)...” …” (Surat al-Hasyr 59:23) Ini adalah alasan mengapa Allah di dalam Al-Quran menolak penyaliban Kristus: Akan sangat merendahkan keagungan-Nya kalau Ia menjadi manusia. Karena itu, Ia menyangkal kalau Kristus adalah Anak Allah. Ia terlalu sombong untuk menerima kematian yang memalukan di kayu salib. Saat orang-orang Muslim memperlakukan musuh-musuh mereka dengan kesombongan dan keangkuhan, mereka menjadi sama dengan Allah mereka.

3. Sukacita. Sebuah kenyataan bahwa orang-orang Muslim menyangkal ke-Tritunggalan Allah atas dasar isi Al-Quran. Mereka mengatakan, Allah itu bukannya Bapa, Kristus bukanlah Anak Allah, dan Roh Kudus hanyalah makhluk Allah. --- Namun orang-orang Kristen, atas dasar Injil, mengakui, Allah adalah satu di dalam pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ia hidup dalam kesatuan rohani di dalam pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan bukan sebagai pribadi yang jamak secara seksual sebagai bapa, ibu (Maria) dan anak (Isa), sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran (Surat al-Mai'da 5:116). Mengapa orang-orang Muslim dan orang-orang Kristen begitu bertentangan dalam pandangan ini?

Untuk bisa memahami pertentangan ini, kita perlu memahami kontras rohani ini: Allah di dalam Kristus penuh dengan sukacita. Allah-nya Muhammad tidak mengasihi orang-orang yang bersukacita.

Di dalam rahasia akan Tritunggal terletak sukacita dari Bapa akan sang Anak, sukacita sang Anak akan sang Bapa, dan kesukaan sang Bapa dan Anak akan sang Roh Kudus. Beberapa pernyataan untuk hal ini: a) “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Kalau Bapa berkenan kepada sang Anak, maka Ia penuh dalam kesukaan akan Dia. b) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yohanes 15:11). Yesus penuh dengan sukacita dan Ia meneruskan sukacita itu. c) “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. ...” (Galatia 5:22-23). Dimana Roh Kristus bekerja, ada sukacita yang muncul. Namun, kita membaca “sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang bergembira!” (Surat al-Qasas 28:76) Ini alasannya orang-orang Muslim tidak menyanyi di masjid! Ketika anda bernyanyi, anda menjadi bergembira. Tetapi karena Allah tidak menyukai orang yang bergembira, orang tidak boleh menyanyi dengan riang ketika menyembah Allah.

Dengan melihat tiga sifat Allah ini kita bisa masuk ke dalam rahasia dari ke-Tritunggalan Allah di dalam Kristus: Bapa, Anak dan Roh Kudus bisa dikenal sebagai satu Allah, karena ketiganya saling bersukacita. Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah satu, karena ketiganya masing-masing saling rendah hati dan tidak mungkin saling melawan satu dengan lainnya. Bahkan kalaupun seandainya bisa terjadi demikian, ketiganya tetap satu, karena ketiganya mengasihi musuh. Semua itu sama sekali tidak masuk akal bagi Al-Quran, karena Allah tidak bersukacita dan tidak rendah hati, karena Ia tidak mengasihi musuhnya. Untuk alasan inilah Al-Quran menolak ke-Tritunggalan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dan sebagai akibatnya adalah : Allah Al-Quran dan Allah di dalam Kristus tidak mungkin merupakan Allah yang sama.

KABAR BAIK: Allah di dalam Injil bisa menjadi Allah Tritunggal sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena Ia penuh dengan sukacita yang tidak berkesudahan, karena Ia berakar di dalam kerendahan hatiyang tidak mementingkan diri sendiri, dan karena Ia mengasihi musuh-musuh-Nya. Ketika kita menerima Kristus dan mengijinkan diri kita dikuasai oleh sukacita, kerendahan hati dan kasih-Nya kepada musuh, Ia memberikan kepada kita kuasa untuk menjadi anak-anak Allah dan dengan itu membawa kita ke dalam kehidupan Tritunggal-Nya.

KESAKSIAN: Nama saya Masri, dan saya berasalh dari Mesir. Sebagai seorang pemuda Muslim saya dahulu adalah anggota kelompok radikal Islam. Saya sangat terkejut ketika melihat bahwa anggota kelompok saya bukan hanya membunuh musuh secara teori saja, tetapi sungguh-sungguh melakukannya. Karena itu, saya mencari kesempatan untuk keluardari kumpulan yang demikian. Kesempatan ini datang ketika saya ditangkap oleh pemerintah dan dipenjarakan. Setelah itu saya sungguh-sungguh merasakan kebingungan, dan mulai memakai obat terlarang. Suatu hari saya sakit gigi dan pergi ke seorang dokter gigi beragama Kristen. Ia memahami keadaan saya dan melakukan tiga hal yang mengubahkan kehidupan saya: Ia menutup prakteknya, agar bisa meluangkan waktunya hanya untuk saya; ia mendengarkan cerita saya sepanjang malam, sampai keesokan paginya jam lima, bahkan meski saya menghinanya sebagai orang Kristen; dan ia dengan penuh sukacita, mengajak saya bekerja di tempat prakteknya, karena saya pernah belajar biokimia. Kemudian saya melihat ada tiga sifat Allah di dalam Kristus yang dinyatakan di dalam kehidupannya: ia sangat mengasihi saya, musuhnya, sampai-sampai ia mengambil waktu semalaman mendengarkan cerita saya di tempat prakteknya; ia begitu rendah hati, sehingga meskipun ia seorang dokter gigi yang terkenal, ia mau menutup prakteknya untuk bisa lebih memahami keadaan saya yang sangat menyedihkan; dan ia begitu menampakkan sukacita dari dalam hatinya sehingga ia meminta saya bekerja untuknya. Ia membuat saya bisa berhubungan dengan orang-orang Kristen yang terpelajar, yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan Islami saya. Sekarang saya adalah seorang Kristen yang menolong orang-orang Muslim, jauh atau dekat, untuk menemukan Kristus, yang mengasihi musuh-musuh-Nya, yang rendah hati, dan yang membagikan sukacita dengan manusia.

DOA: Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus, saya bersyukur karena Engkau menyatakan diri-Mu di dalam Yesus Kristus. Tolonglah saya untuk mengasihi musuh-musuh saya, seperti Engkau mengasihi saya bahkan ketika saya masih seteru; bentuklah saya, sehingga saya bisa menyatakan kerendahan hati-Mu, dan penuhilah saya dengan sukacita-Mu setiap hari.

PERTANYAAN: Sifat-sifat Allah yang manakah yang membuat kita bisa masuk ke dalam rahasia ke-Tritunggalan-Nya? Mengapa Allah di dalam Al-Quran menolak Kesatuan diantara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus?

UNTUK DIHAFALKAN: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” (John 1:12-13)

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on July 03, 2013, at 10:13 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)