Grace and Truth

This website is under construction !

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- 09. Comparisons -- 4.06 Fourth Commandment: Remember the Sabbath Day, to Keep it Holy
This page in: -- Afrikaans -- Arabic? -- Armenian? -- Azeri? -- Bulgarian? -- Cebuano? -- Chinese -- English -- Farsi? -- French -- German -- Gujarati? -- Hebrew -- INDONESIAN -- Norwegian? -- Polish? -- Russian -- Serbian? -- Spanish? -- Tamil -- Turkish? -- Uzbek -- Yiddish? -- Yoruba

Previous part -- Next part

09. PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KEKRISTENAN
Perbandingan 4 - DASA TITAH

4.06 - TITAH KEEMPAT: INGAT DAN KUDUSKANLAH HARI SABAT



"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”. (Keluaran 20:8-11)


4.06.1 - Hari Perhentian untuk Menyembah sang Pencipta

Bagi orang-orang Yahudi, hari Sabat merupakan salah satu tanda perjanjian dengan Allah. Ditetapkan untuk waktu penyembahan, hari ini menjadi membedakan antara umat Perjanjian Lama dengan bangsa-bangsa lain. Sampai hari ini, umat perjanjian yang lama masih menguduskan hari terakhir dalam minggu ini sehingga mereka tidak mengerjakan apa yang biasa mereka kerjakan di hari-hari yang lain. Mereka tidak menyalakan api atau mengadakan perjalanan jauh. Namun, mereka mengenakan pakaian-pakaian baru yang memang disimpan untuk hari-hari perayaan. Hari Sabat dimaksudkan untuk bersukacita saat umat berkumpul bersama dalam penyembahan agar bisa membaca bagian yang sudah ditetapkan dari Kitab Taurat dan mendiskusikannya di dalam suasana pujian.

Pada hari Tuhan, orang-orang percaya harus memakai lebih banyak waktu untuk bersama dengan Allah dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Mereka harus memusatkan perhatian kepada-Nya di dalam pikiran dan hati mereka, karena Dia adalah sang Pencipta, Juruselamat, dan Penghibur. Kita harus membangun kebiasaan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah yang baik, dan mengambil bagian di dalam doa dengan nyanyian pujian yang akan menguatkan dan menenangkan kita di tengah-tengah kelelahan dalam perjalanan kita di tengah padang gurun sepanjang minggu itu. Namun, bukan manusia atau perhentian itu yang menjadi pusat dari hari yang demikian, melainkan Tuhan sendiri. Dengan itu hari Sabat sudah menjadi hari Tuhan. Ia sudah mengkhususkan hari ini, menguduskan dan memberkatinya. Hari Tuhan adalah anugerah yang sangat berharga dari Allah untuk makhluk-Nya.

Menguduskan hari Sabat berarti bahwa kita menyembah sang Pencipta yang menciptakan langit dan bumi, bintang, daratan dan pepohonan dengan firman-Nya yang berkuasa. Ia menciptakan ikan, burung-burung dan binatang-binatang besar maupun kecil. Ciptaan tertinggi-Nya adalah manusia yang diciptakan serupa dengan gambar Allah. Dalam penciptaan ini, semua makhluk adalah mujizat yang dilakukan dengan hikmat dan kekuatan dengan cara yang sangat unik. Para ahli ilmu pengetahuan sudah memecahkan hanya sebagian kecil dari misteri tubuh manusia, kemampuan-kemampuannya dan keberadaan rohnya. Betapa ajaib karya Allah! Dan kalau ciptaan-Nya saja sudah begitu indah, betapa lebih indah lagi sang Pencipta itu sendiri! bahasa manusia tidak akan dapat sepenuhnya menjelaskan kebesaran, kemuliaan dan kemahakuasaan-Nya. Ia layan menerima pujian dari semua makhluk.

Ketika Allah menggenapkan tujuan-Nya di dalam penciptaan, Ia berhenti. Ia tidak menjadi lelah karena sudah bekerja, karena Yang Mahakuasa tidak akan pernah menjadi lelah, atau mengantuk atau tertidur, tetapi Ia merasa puas dengan pekerjaan-Nya, bersukacita atas keajaiban yang tak terhitung banyaknya yang sudah diciptakan-Nya dan melihat bahwa semuanya itu baik. Sangat layak bagi kita untuk memuji Allah setiap hari dan khususnya pada hari Tuhan atas mujizat-Nya yang tak terukur dan atas semua ciptaan-Nya.


4.06.2 - Pentingnya Perhentian di Hari Sabat

Sepanjang hari Sabat, kita memiliki hak istimewa untuk mengambil bagian di dalam perhentian surgawi milik Allah yang dirancang-Nya bagi kita. Ia memberikan kepada kita kesempatan untuk mengalami ketenangan yang mendalam dan melakukan penyembahan. Ketenangan lahir dan batin di hadapan Tuhan ini adalah kunci dari kebaikan diri kita. Tidak ada orang yang bisa melanggar titah ini tanpa mendapatkan hukuman. Bangsa-bangsa seperti bekas Uni Soviet atau perusahaan-perusahaan besar di negara Barat kehilangan kedamaian pikiran mereka dalam usaha mereka untuk melalaikan hari Tuhan. Mereka yang mengabaikan hari ini dan terus memacu mobil mereka tanpa mempedulikan kemuliaan Tuhan di antara ciptaan-Nya. Mereka kehilangan kemampuan untuk merenungkan, dan karena itu pekerjaan mereka sepanjang minggu berikutnya akan terganggu. Semua orang, dan bahkan binatang, perlu mengambil waktu juga untuk beristirahat, dan tidak ada makhluk yang bisa mendapatkan kembali kekuatannya tanpa terlebih dahulu menenangkan diri di hadapan Allah. Kita jangan pernah mengabaikan perintah Allah untuk menguduskan hari Sabat. Kita bisa melihat bahwa perintah ini tidak berbicara mengenai 35 atau 40 jam dalam seminggu, tetapi tentang enam hari bekerja keras. Tetapi hari yang ketujuh sepenuhnya adalah milik Allah. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan yang malas adalah kekejian, sedangkan bekerja keras akan menguntungkan manusia.

Yesus mendorong kita untuk berhenti sesekali dan kemudian merenungkan apa yang kita lihat pada bunga bakung di lembah dan bunga-bunga lain serta memperhatikan semua itu berkembang. Pernahkah anda memperhatikan berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkembang, sampai kemudian menghasilkan buah? Berhentilah dan buka mata anda. Pahamilah kekuatan dan hukum alam, dan kemudian anda akan melihat di belakang semuanya itu ada sang Pencipta dan kebaikan-Nya sebagai Bapa. Yesus menyarankan kita untuk membandingkan kemegahan warna-warni bunga dengan kemewahan pakaian orang kaya sehingga kita bisa mengetahui bahwa bahkan para penguasa dan para raja tidak mengenakan pakaian seindah bunga itu, yang akan segera layu dan mati. Manusia adalah ciptaan terindah di antara semua ciptaan Allah lainnya, dan wajahnya hanyalah menyampaikan sebagian kecil dari kemuliaan-Nya. Oh, seandainya kita bisa mengubah cara hidup kita, berhentilah bergegas dan ambil waktu untuk berpikir! Ketika kita melakukannya, kita akan kagum oleh keindahan ciptaan dan bersyukur serta memuji Allah. Sayangnya, banyak program televisi yang menjijikkan yang menampilkan pornografi dan kekerasan pada saat Allah mau membuka mata kita terhadap musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin agar kita bisa melihat keagungan ciptaan-Nya dan menikmati semuanya.

Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk menguduskan hari Sabat, Ia menuntut agar hari itu dikhususkan sehingga manusia akan memakainya untuk belajar hidup di hadapan-Nya. Menguduskan hari Tuhan bukan hanya beristirahat atau mendengar dan membaca Firman Allah saja, tetapi juga berbalik kepada-Nya dengan segenap hati kita sehingga Ia akan mengubahkan kita dan memenuhi kita dengan kebaikan-Nya. Ia adalah kudus, dan Ia menghendaki agar kita, juga, menjadi kudus. Karena itu mari kita masuk lebih dalam kepada terang kasih-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya, karena tidak ada pembaharuan tanpa berdiam diri dan menjadi tenang.


4.06.3 - Salah Paham akan Hari Sabat

Hari Sabat menjaga umat di dalam Perjanjian Lama dari penurunan dan memisahkan mereka dari banyak ilah yang disembah oleh banyak bangsa di sekitar mereka. Konsentrasi dari hari Tuhan ini juga menyiapkan mereka akan kedatangan Kristus, Juruselamat dunia. Namun Sabat sendiri tidak bisa mengubah, melindungi atau memperbaharui orang-orang percaya yang memeliharanya. Semua manusia nampak lemah, jahat dan tidak layak di hadapan Allah. Tidak ada hukum yang bisa mengubah manusia, dan hari Sabat juga tidak bisa membebaskan manusia dari dosa-dosanya. Tetapi hari Sabat bisa menjaganya agar tidak jatuh ke dalam ateisme di dalam perjanjian yang baru kita tidak merayakan hari Tuhan untuk menerima kasih karunia Allah, tetapi untuk mengucapkan syukur kepada-Nya karena sudah menciptakan kita. Ia sudah berinkarnasi dan datang kepada kita di dalam Kristus dan memperdulikan kita lebih dari seorang ayah memperdulikan anak-anaknya. Untuk itulah, kita mengasihi Dia dan menghormati Dia. Mentaati hukum tidak akan menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, tetapi kasih karunia Allah adalah rahasia bagi keselamatan dan kelahiran kembali kita. Barangsiapa ingin dibenarkan oleh hukum akan dihukum oleh hukum itu. Tetapi kalau anda mengulurkan tangan dan menyambut tangan Yesus yang diulurkan kepada anda, Ia akan menuntun anda dan menjaga anda dari semua kutukan.

Pada hari ketujuh Allah beristirahat dan memandang hasil pekerjaan-Nya. Ia melihat bahwa semuanya sangat baik. Namun perhentian Allah yang kudus itu menjadi sirna ketika manusia tidak taat kepada perintah-Nya dan jatuh ke dalam dosa. Allah berhenti beristirahat dan sejak saat itu bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan makhluk-Nya yang terhilang. Ia mengatakan, “engkau memberati Aku dengan dosamu” (Yesaya 43:24). Yesus mengatakan demikian, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yohanes 5:17). Allah sangat perduli akan kita dan dosa-dosa kita yang keji, tetapi kita bersyukur kepada Allah karena ada pembebasan bagi semua orang berdosa melalui pengorbanan Kristus menggantikan kita. Barangsiapa percaya kepada Anak Domba Allah tidak akan jatuh ke dalam penghukuman dari hukum Taurat, tetapi akan sepenuhnya dibenarkan oleh darah Yesus. Yesus mati dan dikuburkan tepat sebelum hari Sabat. Ia beristirahat pada hari perhentian Allah di dalam kubur seorang kaya. Ia bangkit dari kematian pada hari pertama minggu itu, dan dengan itu Allah bahkan menggenapkan tuntutan tentang hari Sabat. Melalui kebangkitan-Nya, Ia menetapkan suatu hari yang melambangkan ciptaan yang baru yang muncul dari kasih karunia Allah dan di dalam kuasa Roh Kudus, bukan di dalam kuasa penghukuman dari hukum Taurat.


4.06.4 - Apakah Orang-orang Kristen Memiliki Hak Untuk Merayakan Hari Minggu dan Bukannya Hari Sabtu?

Terlalu sering orang-orang Yahudi dan orang-orang Kaum Advent Hari Ketujuh menuduh orang-orang Kristen melanggar titah keempat dan meramalkan bahwa murka Allah akan jatuh ke dalam kehidupan para pengikut Kristus karena mereka beribadah di hari Minggu dan bukannya menjadikan hari Sabtu sebagai hari perhentian. Namun Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Anak Manusia menggenapi semua tuntutan Sabat bagi kita. Ia menggenapi dan meneguhkannya. Yesus tidak datang memberikan sebuah hukum yang baru untuk menyucikan suatu hari, bulan atau tahun tertentu. Ia menyelamatkan para pengikut-Nya dan menguduskan mereka. Manusia tidak boleh hanya menyembah Allah di hari Sabat saja atau di hari-hari perayaan tertentu saja, tetapi di setiap hari. Itulah sebabnya Yesus menguduskan pribadi-pribadi dan bukannya menguduskan hari-hari. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kolose 3:17). Semua pekerjaan yang kita lakukan di bawah tuntunan Roh Kudus adalah sama dengan penyembahan kepada Allah. Tidak ada satu hari yang kurang penting dibandingkan hari lainnya. Yesus menguduskan kita dengan darah-Nya yang mahal dan memperbaharui kita di dalam Roh Kudus. Ia menciptakan manusia yang dikuduskan, dan bukannya menguduskan hari-hari. Tujuan dari kedatangan-Nya ke dunia ini adalah menggenapkan apa yang tidak bisa dilakukan oleh hari Sabat: menciptakan manusia baru, mengubahkan manusia yang jahat menjadi para pengikut-Nya yang dikuduskan, dan mengubah orang-orang yang mementingkan diri sendiri menjadi hamba-hamba yang melayani.

Yesus sudah merevolusikan semua aspek kehidupan rohani kita. Itulah sebabnya orang-orang Kristen memilih hari Minggu, hari dimana Yesus dibangkitkan, untuk merayakan perjanjian yang baru antara Dia dengan ciptaan-Nya. Tetapi Yesus menghendaki para pengikut-Nya untuk beristirahat juga, dan untuk merenungkan hak istimewa menjadi bagian dari ciptaan baru-Nya. Ia tidak menghendaki agar kita dibatasi oleh hari-hari dan perayaan tertentu, tetapi Ia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Kebangkitan Yesus dengan itu menjadi tanda akan dimulainya sebuah masa yang baru sehingga kita tidak lagi berada di bawah dakwaan hukum, tetapi di bawah kasih karunia yang menyelamatkan dari Tuhan kita. Ini tidak berarti bahwa orang-orang Kristen tidak memiliki hukum. Roh Kristus yang berdiam di dalam kehidupan itu yang menjadi hukum kasih, dan pada saat yang sama, memberikan kepada kita kuasa untuk menggenapinya. Dengan demikian Sabat tetap saja menjadi lambang yang lemah dari sebuah perjanjian yang lama, tetapi hari Minggu adalah tanda kemenangan Kristus yang menandai adanya perjanjian yang baru.

Beberapa orang percaya di dalam negara-negara Islam tidak bisa beristirahat baik di hari Minggu maupun hari Sabat. Karena itu, mereka berkumpul bersama di hari Jumat, karena memahami bahwa Tuhan sendiri hadir bersama dengan mereka sebagaimana yang pernah dijanjikan-Nya, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:20). Yesus tidak bermaksud untuk menetapkan sebuah hari khusus untuk ibadah, tetapi untuk menguduskan orang-orang percaya di segala waktu dan segala tempat.


4.06.5 - Merayakan Hari Minggu

Bagaimana orang-orang Kristen menguduskan hari Tuhan? Kasih mendorong mereka untuk berkumpul bersama pada hari-hari Minggu untuk beribadah dan membaca Alkitab, dan untuk memuji Dia di dalam persekutuan orang-orang kudus. Anak-anak, tamu, rekan sekerja, dan bahkan binatang-binatang di kandang, harus diberi kesempatan untuk bergabung dengan kita di hari perhentian itu dan di dalam sukacita Ilahi akan kebangkitan yang diingat pada setiap hari Minggu dan yang berinkarnasi di dalam kehidupan kita. Dasar dari sukacita Kristen lebih dalam dari yang dimiliki orang-orang Yahudi. Yesus mengatakan, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yohanes 15:11; 17:13). Paulus juga menuliskan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah” (Filipi 4:4). “Buah-buah roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera...” (Galatia 5:22). Ayat-ayat yang demikian menunjukkan semangat yang sangat penting tentang hari Minggu. Tetapi ayat-ayat itu juga menunjukkan tentang semangat bekerja kita di hari-hari lainnya dalam minggu itu; semuanya menunjukkan bagaimana seharusnya kehidupan seorang keluarga Kristen.

Haruskah kita bekerja di hari Minggu? Seperti semua orang lainnya, orang-orang Kristen adalah manusia biasa. Mereka memiliki tubuh dan bisa kelelahan. Itulah sebabnya mereka perlu bersantai dan beristirahat. Mereka adalah makhluk biasa, tetapi pada saat yang sama, mereka adalah Anak Allah di dalam Roh. Mereka hidup dalam daging di dunia ini tetapi juga bersemayam di dalam surga bersama dengan Kristus. Mereka tidak menolak hari perhentian di hadapan Tuhan. Hari Minggu tidak dimaksudkan untuk menambah jam tidur, tetapi untuk memuliakan Allah Bapa dan memuji Dia. Hari ini adalah milik Allah, dan kita tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak perlu kita lakukan. Namun kita tidak boleh menghindar ketika ada pekerjaan yang bersifat pekerjaan kasih dan tugas-tugas untuk menolong orang lain dari bahaya. Kebenaran kita tidaklah didasarkan kepada penggenapan akan hukum tetapi kepada kematian Kristus yang memperdamaikan yang sudah menetapkan konsep kurban di dalam hati kita. Menghadiri ibadah umum dan berbagai pertemuan rohani di hari Minggu merupakan hak istimewa yang disediakan bagi orang-orang Kristen. Tetapi, tidak cukup bagi orang Kristen untuk mendapatkan makanan rohani mereka hanya di hari Minggu saja, mereka juga harus memakan makanan rohani mereka setiap hari, kalau tidak demikian maka iman, kasih, dan pengharapan akan menjadi lemah. Hari Minggu memberikan kepada kita kesempatan untuk menyanyi bersama di lingkungan kita, berdoa sebagai kelompok dan berbagi ide dengan sesama anggota gereja untuk bisa merasakan kesatuan Kristen. Semua orang percaya secara bersama-sama adalah tubuh rohani Kristus. Pribadi-pribadi orang percaya bukanlah tujuan utama dari ciptaan baru, tetapi tujuan utamanya adalah persekutuan orang-orang kudus yang bisa dilihat secara khusus di hari-hari Minggu.

Berbahagialah orang-orang yang mengunjungi orang-orang sakit, cacat dan miskin di hari Minggu. Orang-orang percaya yang demikian tidak akan menghitung-hitung sisa bensin di dalam mobil mereka untuk menghemat agar bisa mencapai 100 kilometer lagi.

Roh Tuhan menuntun kita untuk keluar dari gedung gereja dan kemudian menemukan orang-orang yang mati di dalam dosa. Kita dipanggil untuk membawa mereka kepada pertobatan di dalam Kristus, sehingga mereka bisa bangkit dari keputus-asaan dan kekerasan hati mereka. Alasan apapun tidak bisa diterima kalau ada orang Kristen yang tidak mau bersaksi kepada orang-orang yang tidak percaya tentang Kristus. Kita juga dipanggil untuk melakukan tindakan kemanusiaan bagi orang-orang yang membutuhkan dan kelompok-kelompok yang berkekurangan pada hari Tuhan.

Hari Minggu menyediakan waktu yang cukup untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan, mengakui kelemahan kita dan juga menaikkan syafaat bagi kebutuhan orang-orang lain. Dan kalau Tuhan memberikan anak-anak kepada kita, maka kita harus memakai waktu yang cukup dengan mereka dan menyanyikan lagu-lagu Kristen yang membangun dan sukacita bersama dengan mereka. Marilah kita menanyakan kepada Yesus bagaimana caranya menggenapi ketiga permintaan pertama di dalam Doa Bapa Kami, secara khusus di hari-hari Minggu.

Kalau kita memelihara hari Sabat kita akan diberkati. Yesus sudah mempersiapkan banyak berkat bagi semua orang yang meminta untuk dipenuhi dengan roh Kristus yang bangkit dari kematian di hari Minggu.


4.06.6 - Mencemarkan Hari Minggu

Sangat tragis bahwa lebih banyak dosa dilakukan di akhir minggu dibandingkan dengan di hari-hari lain. Di hari-hari Minggu banyak mobil membawa polusi ke pedesaan. Stasiun televisi hanya memberikan sedikit waktu untuk Firman Allah sementara ada begitu banyak film horor, pornografi atau pertunjukan okultisme. Di hari-hari Minggu orang bekerja dari rumah, di kebun dan di kandang mengerjakan apa yang sebenarnya bisa mereka lakukan di hari-hari lainnya. Di jaman Perjanjian Lama, kalau seseorang kedapatan melakukan pekerjaan di hari perhentian maka ia akan dijatuhi hukuman mati. Kalau kita bisa melihat semua dosa yang dilakukan di akhir minggu, baik yang dilakukan di depan umum maupun yang tersembunyi di satu kota saja, hal itu akan sangat menyedihkan hati kita dan bisa membuat kita menjadi gila! Hanya kasih Allah yang memiliki kesabaran dan panjang sabar terhadap orang-orang berdosa itu.

Sudah lupakah anda akan apa yang difirmakan Tuhan mengenai seseorang yang mencemarkan hari-Nya? Kalau kita membaca Keluaran 31:14-17 kita akan melihat betapa pentingnya kita untuk berdiam diri di hadapan Allah (lihat juga Bilangan 15:32-36 untuk memahami pentingnya memelihara hari Tuhan). Mungkin kita harus mengubah gaya hidup kita dan meminta, sebagai contoh, para murid kita untuk tidak mengerjakan pekerjaan rumah di hari Minggu. Tuhan mengancam akan membakar kota atau desa yang tidak memelihara hari Sabat sebagai hari penyembahan dan hari perhentian (Yeremia 17:22). Kita jangan mengabaikan peringatan itu. Siapa tahu adanya bencana dahsyat dan perang dunia adalah sebagai akibat dari pengabaian itu? Alkitab mengatakan, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7). Tidak ada orang yang melanggar hukum Allah dan lepas dari hukuman.

Kalau Yesus tidak mati di kayu salib karena dosa-dosa kita dan menanggung hukuman bagi kita maka kita tidak akan memiliki pengharapan. Tetapi kematian-Nya bukanlah sebuah alasan bagi kita untuk bisa mencemarkan hari Tuhan. Yesus dan para murid senantiasa menguduskan hari Sabat. Ia hidup bagi kemuliaan Allah. Setelah kebangkitan-Nya pada hari pertama minggu itu, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya untuk merayakan sebuah perayaan baru dari perjanjian-Nya dengan mereka.


4.06.7 - Persepsi Baru tentang Hukum Taurat

Karena takut salah dalam hal memelihara hari Sabat, kita bisa dengan sangat mudah terjebak untuk salah dalam menerapkan hukum Allah ini. Yesus dijatuhi hukuman mati karena karena menyembuhkan orang sakit di hari Sabat, dan karena menegaskan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Ia dikejar-kejar oleh para pemimpin agama di jaman-Nya yang, karena fanatiknya terhadap hukum Musa, kehilangan kapasitas mereka untuk mengasihi Allah dan manusia. Mereka hidup benar secara lahiriah dengan kemunafikan dan menebalkan telinga menjadi tuli terhadap panggilan pertobatan. Di dalam kebutaan mereka, mereka mengeraskan hati mereka. Mereka tidak mau mengubahkan pikiran mereka. Mereka menolak Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Mereka tidak peduli kepada orang-orang sakit di hari Sabat. Karena itu ketaatan mereka yang buta terhadap aturan tentang hari Sabat sudah membuat mereka menjadi orang-orang munafik. Tidak heran Yesus kemudian mengatakan kepada mereka, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Matius 15:8,9).

Dalam usaha-Nya untuk mengajarkan kepada kita jalan yang benar untuk menguduskan hari Tuhan, Yesus tidak banyak berbicara mengenai bekerja atau tidak bekerja, tetapi menekankan tentang sikap hati yang benar di hadapan Allah. Paulus melanjutkan pengajaran tentang pemahaman hukum Taurat sebagaimana yang dimaksud oleh Kristus. Namun, ia dikutuki dan dirajam karena mengajarkan bahwa orang-orang percaya bukan Yahudi dibebaskan dari perjanjian yang lama. Ia mengajarkan kepada kita bahwa kita bebas dari tuduhan hukum Taurat karena kita sudah mati bagi hukum Taurat melalui kematian Kristus. Karena itu, hukum Taurat tidak lagi memiliki kuasa atas diri kita. Tetapi Roh Kudus sudah meletakkan aturan yang baru yaitu kasih Kristus di dalam kita. Hukum rohani yang baru di dalam hati kita menguduskan kita dan menggerakkan kita untuk menaikkan pujian kepada Allah Tritunggal dengan segenap pikiran, perkataan dan perbuatan. Karena itu, kita tidak lagi dibebani oleh hukum Taurat, tetapi menghasilkan pertobatan dan iman di dalam kuasa Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Kita harus senantiasa ingat bahwa Kristus menguduskan manusia, bukan menguduskan hari-hari! Karena itu kita melihat perbedaan yang sangat besar antara Perjanjian Baru dengan Perjanjian Lama, dalam pemahaman kita terhadap hukum keempat.


4.06.8 - Hari Jumat bagi Orang-orang Muslim

Orang-orang Muslim menunjukkan bahwa mereka tidak memahami makna dari hukum keempat dengan menetapkan hari Jumat sebagai hari untuk perkumpulan agama, dan mereka juga tidak menggenapinya. Muhammad melangkah lebih jauh lagi ketika orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen menolak kenabiannya dan undangannya agar mereka menjadi orang-orang Muslim. Ia tidak mau memakai hari Sabtu seperti orang-orang Yahudi maupun hari Minggu seperti orang-orang Kristen. Dalam usaha untuk meneguhkan kepercayaannya sendiri, ia menolak perintah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan justru kemudian menetapkan sendiri hari Jumat sebagai hari perhimpunan bagi orang-orang Muslim. Tidak ada dukungan apapun untuk hari ini di dalam Kitab Suci, dan juga tidak ada hubungannya dengan rencana penebusan. Bahkan, ajaran itu muncul dari pemberontakan terhadap Allah dan Mesias-Nya. Hari Jumat tidak memiliki latar belakang atau dukungan Alkitabiah.

Orang-orang Muslim kembali kepada pekerjaan mereka sesaat setelah mereka selesai dengan ibadah Jumat mereka. Khotbah-khotbah di masjid di hari Jumat seringkali bersifat politik. Tidak jarang hal itu dilanjutkan dengan demonstrasi yang yang menyebarkan kebencian dan kerusakan. Menguduskan suatu hari tertentu atau menguduskan orang-orang percaya tidak dikenal di kalangan umat Muslim. Allah dianggap begitu besar sehingga kekudusan-Nya sangat tidak dikenal oleh orang-orang Muslim, kecuali nama-Nya saja. Ini menunjukkan mengapa Islam berada jauh di bawah level perjanjian yang lama, sejauh berkenaan dengan hukum ini. Mereka sama sekali tidak memiliki ide tentang keselamatan dan ciptaan baru di dalam perjanjian yang baru.

Tetapi kita mengucapkan syukur kepada Doa yang sudah bangkit dari kematian, karena Ia sudah melakukan mujizat-Nya di hari Sabat dan di hari-hari lainnya. Ia bangkit dari kematian pada hari pertama dalam minggu itu dan memberikan makna yang sama sekali baru terhadap hari itu. Oh, seandainya setiap hari Minggu akan menjadi matahari yang baru terbit untuk sepanjang itu dengan firman Tuhan kita yang memulihkan, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34, 35).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 06, 2013, at 11:33 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)